Waktu


Aku terdiam di kursi tunggu pendaftaran rumah sakit, sambil melihat sekeliling. Tak terasa kini aku telah menggunakan celana abu-abu panjang. Rasanya, waktu berjalan begitu cepat meninggalkan beberapa kenangan yang sempat terlintas dikala itu.

Kurang lebih sekitar 10 bulan yang lalu, dikala kami rombongan siswa dan siswi SMPN 34 Bandung merayakan kelulusan dengan mengikuti acara perpisahan yang dilaksanakan di luar Kota Bandung, tepatnya di Vila Coolibah. Saat anak-anak ingin mengadakan Prom Nite (yang gak jadi). Saat anak-anak kelas 9F mengadakan evaluasi kelas (tepatnya ngomongin siapa yang dibenci dan tidak). Saat saya mendapati hampir sekelas membenci saya (dan saya tidak kaget dengan itu. Ada yang gak benci dengan alasan ‘kasihan’). Dan saat-saat yang lain. Hingga sampai saat ini kita beranjak dewasa (atau ababil?) dan menduduki bangku SMA.

Siklus kehidupan terus berjalan. Kita (Saya dan teman-teman) telah melewati masa-masa TK, SD, dan SMP hingga akhirnya kini kita telah memasuki tahap SMA. Rasanya baru kemarin masuk SMA, sekarang sudah hampir memasuki UTS Semester 2. Rasanya begitu cepat. Sangat cepat. Beberapa bulan lagi kita akan memasuki bangku kelas 11. Setelah itu Kelas 12, UN, Kuliah, Kerja, dan menikah. Rasanya sangat cepat untuk diketik, tetapi cukup lama jika dihitung detik demi detik.

Pada siang tadi saya pergi ke 2 tempat undangan sekaligus (untuk wisata kuliner, ini merupakan tempat yang tepat (?)). Melihat dua mempelai pria dan wanita yang telah mengucapkan janji suci. Entah berapa lama lagi aku akan berdiri di tengah pelaminan. Berdiri dan bersalam-salaman dengan teman serta kerabat (mungkin dengan pasangan dan anak mereka). Jika dikira-kira, kemungkinan 9 tahun lagi aku harus mendapatkan pasangan hidup. Tak terasa sebentar lagi aku akan mengakhiri tahun ke-16 kehidupanku dan memasuki tahun ke-17 kehidupanku (bener kan, 0-12 bulan = 1 tahun, umur 16 = tahun ke-17).

Jodoh ada ditangan Tuhan. Melihat teman-teman yang sudah memiliki pasangan membuatku berpikir, Dimanakah pasangan hidupku? Setiap kali aku menunggu, lamunan itu selalu muncul. Setelah berulang kali mencari dan mencari, berpikir dan berpikir, menimbang dan menimbang, saat aku yakin dialah pasanganku, ternyata bukan. Berulang kali kucoba ternyata gagal. Sampai sekarang aku masih mencari dimana sebenarnya pasangan hidupku.

Entah sampai kapan aku harus mencari dan mencari hingga akhirnya menemukan dia, orang yang tepat untuk dijadikan sebagai pendamping hidup.

3 respons untuk ‘Waktu

Tinggalkan Balasan ke Muhammad Refa Utama Putra Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.